Oleh : M. Rozali, Pahrurrozi dan Marniati ( Mhs Pascasarjana Undiksha)
tugas metode pembelajaran bahasa
Notion
Metode kooperatif
learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri.
Model kooperatif
juga dapat di artikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana
kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.
Model
pembelajaran kooperatif adalah salah
satu jenis pembelajaran dari kelompok model pembelajaran sosial, model
pembelajaran ini mengutamakan kerjasama antara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Hasan, 1996).
Dalam kegiatan belajar kooperatif, siswa secara
individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya
Theoritical supports
Metode kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar
mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Hasan, 1996).
Slavin (1984) mengatakan bahwa model belajar kooperatif adalah suatu
model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan
struktur kelompoknya yang bersifat hiterogen.
“Cooperative
learning increasing students on problem solving tasks, and concluded that they did better simply, because they pooled
the problem solving abilities of their members” (Stahl, 1994 ).
Stahl (1994) mengatakan bahwa model pembelajaran model
kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam
mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini
berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat yaitu “getting
better together”, atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama".
Disamping itu,
model kooperatif juga sering di artikan sebagai suatu motif-motif bekerja sama,
di mana setiap individu dihadapkan pada preposisi dan pilihan yang mesti
diikuti, apakah memilih sikap bekerja secara bersama-sama, berkompetisi, atau
individualis.
Model belajar kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya
sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara
bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,
produktivitas dan perolehan belajar. Model belajar kooperatif mendorong
peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui
selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam
menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran
yang di hadapi
b. Karakteristik Model Kooperatif
Adapun
prinsip-prinsip dasar tersebut menurut Stahl (1994), meliputi :
a.
Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas
Artinya
sebelum menggunakan strategi pembelajaran ini, guru hendaknya mulai dengan
merumuskan tujuan pembelajarannya dengan jelas dan spesifik.
b. Penerimaan yang menyeluruh
oleh siswa tentang tujuan belajar
Guru
hendaknya mampu mengkondisikan kelas agar siswa menerima tujuan pembelajaran
dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas.
c.
Ketergantungan yang bersifat positif
Untuk
mengkondisikan terjadinya interdependensi diantara siswa dalam kelompok
belajar, maka guru harus
mengorganisasikan materi dan tugas-tugas pelajaran, sehingga siswa memahami dan mungkin untuk melakukan hal itu
dalam kelompoknya.
d.
Interaksi yang bersifat terbuka
Dalam
kelompok belajar interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam
mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Suasana belajar
seperti itu akan membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan
keterbukaan di kalangan siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya.
e.
Tanggung jawab individu
Salah
satu dasar penggunaan model kooperatif dalam pembelajaran adalah bahwa
keberhasilan belajar itu akan lebih mungkin dicapai secara lebih baik bilamana
dilakukan dengan bersama-sama.
f.
Kelompok bersifat heterogen
Dalam
pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus bersifat hiterogen,
sehingga interaksi kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai
karakteristik siswa yang berbeda.
g.
Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif
Dalam
mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerja dalam kelompok sebagai suatu kelompok
kerjasama.
c. Tipe dan Jenis Model Kooperatif
1. Student Teams- Acchievement Divisions
(STAD)
Tipe
STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di universitas
John Hopkin merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative yang paling sederhana, dan merupakan salah satu model
yang banyak di gunakan dalam modep pembelajaran cooperative. Slavin (1995)
menjelaskan bahwa pembelajaran cooperative dengan model STAD siswa di
kelmpokkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa
yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda sehingga dalam
setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau
variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.
Guru dahulu menjajikan materi baru dalam kelas, kemudian anggota tim
mempelajari dan berlatih untuk materi terbut dalam kelompok mereaka yang
biasanya bekerja berpasangan. Mereka melengkapi lembar kerja, bertanya
satu sama lain, membahas masalah dan mengerjakan latihan. Tugas-tugas mereka
itu harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok. Pada akhirnya guru memberikan
kuis yang harus di kerjakan oleh siswa secara individu.
Setiap anggota kelompok harus
memberikan skor yang terbaik kepada kelompoknya dengan menunjukkan peningkatan
penampilan dibanding dengan sebelumnya atau mencapai nilai sempurna. Kelompok
yang tanpa memiliki anggota-anggota yang meningkat nilainya dan menghasilkan
skor yang sempurna tidak akan menang atau mendapat penghargaan.
b.
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan model pembelajaran model STAD
terdiri dari lima tahap yaitu (a) persiapan pembelajaran; (b) penyejian materi;
(c) belajar kelompok; (d) tes; (e) penentuan skor peningkatan individual; dan
(f) penghargaan kelompok. Tahap-tahan belajara cooperative dalam model STAD
sebagai berikut:
Tahap
satu: persiapan pembelajaran
a.
Materi
Materi pembelajaran
dalam cooperative dengan menggunakan
model STAD di rancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok.
Sebelum menyajikan materi pembelajaran di buat lembar kegiatan siswa atau LKS
yang akan di pelajari kemlompok, dan lembar jawaban serta lembar kegiatan
tersebut
- Menempatkan siswa dalam kelompok
Menempatkan siswa
kedalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat orang dengan
cara mengurutkan siswa dari atas kebawah berdasarkan kemampuan akdemiknya dan
daftar siswa yang telah diurutkan tersebut di bagi menjadi empat bagian.
Kemudian diambil satu siswa dari tiap kelompok sebagai anggota kelompok.
Kelompok yang sudah terbentuk diusahkan berimbang selaian menuruk kemampuan
akademik di usahkan berdasarkan jenis kelamin dan etnis.
- Menentukan skor dasar
Skor dasar merupakan
skor rata-rata pada kuis sebelumnya. Jika mulai menggunakan STAD setealah
emberikan tes kempaun prsayarat per tes pengetahuan awal, maka skor tes
tersebut dapat dipakai sebagai skor dasar. Selain skor tes kemampuan
prasyarat/tes pengetahuan awal, nilai siswa pada semestes sebelumnya dapat
digunakan sebagai skor dasar.
Tahap
dua: penyajian materi
Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu
sekitar 20 sampai empat puluh menit setiap pembelajaran dengan model ini selalu
di mulai dengan penyajian materi oleh guru. Sebelum menyajikan materi
pembelajaran guru dapat mulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran,
memberikan motivasi untuk berccoopertaive, menggali pengetahuan prasayarat dan
sebagainya. Dalam penyajian kelas dapat digunakan model ceramah, tanyajwab,
diskusi dan sebagainya disesuaikan dengan ini bahan ajar dan kemampuan
pebelajar.
Tahap
tiga : kegiatan belajar kelompok
Dalam setiap kegiatan belajar
kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas dan lembar kunci jawaban masing-masing
dua lembar setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama diantara
anggota kelompoknya. Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan pada saat
kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban di serahkan setelah kegiatan
kelompok selesai dilaksanakan. Setelah menyerakna lembar kegiatan dan lembar
tugas guru menjelaskan tahapan dan fungsi belajar kelompok dari model STAD.
Setiap siswa mendapat peran pemimpin angota-anggota did ala kelompoknya dengan
harapan bahwa setiap anggota kelompok termotivasi untuk memulai pembicaraan dalam diskusi.
Pada awal pelaksanaan kegiatan
kelompok model STAD di perlukan adanya diskusi dengan siswa tentang
ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam kelompok. Hal-hal yangperlu dilakukan
pebelajar untuk menunjukkan tanggung jawab terhadap kelomponya, misalnya (1)
menyakinkan anggotanya kelompoknya telah mempelajari materi; (2) tidak
seorangpun menghadirkan belajar sampai semua anggotanya menguasai materi; (3) meminta
bantuan kepada setiap anggota kelompoknya untuk menjelaskan masalah sebelum
menanyakan kepada pembelajar atau gurunya; (4) setiap anggota kelompok
berbicara secara sopan satu sama lain, saling menghormati dan menghargai.
Tahap
empat: pemeriksaaan terhadap hasil kegiatan kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok
dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh
wakil dari setiap kelompok.Pada tahap kegiatan ini diharapkan terjadi interaksi
antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi
jawaban kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian, pada tahap
ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci
jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta
memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.
Tahap
lima : siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual
Pada tahap ini setiap siswa harus
memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok
dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam tahap ini
tidak diperkenankan bekerjasama.
Tahap
enam : pemeriksaan hasil tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru,
membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukan
menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individu merupakan
sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok
Tahap
tujuh : penghargaan kelompok
Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian
dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor kuis
terdahulu (skor dasar) dengan skor kuis terakhir. Berdasarkan skor peningkatan
individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun
oleh Slavin (1995) sebagai berikut,
(1).
Lebih dari sepuluh poin di bawah skor dasar 5 poin
(2)
10 poin di bawah sampai satu poin di bawah skor dasar 10 poin
(3).
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin
(4).
Lebih dari 10 poin skor dasar 30 poin
(5).
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 poin
Pemberian penghargaan kepada
kelompok yang memperoleh poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
N 1 = 

Berdasarkan poin perkembangan yang diperoleh
terdapat tiga tingkatan penghargaan yang diberikan yaitu:
1. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15
sebagai kelompok baik
2. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20
sebagai kelompok hebat
3. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25
sebagai kelompok super
2. Tipe Teams-Games
Tournaments (TGT)
TGT adalah suatu model pembelajaran yang di dahului dengan penyajian materi
pembelajaran oleh guru dan diakhiri dcengan memberikan sejumlah pertanyaaan
kepada siswa. Setelah itu, siswa pindah ke kelompok masing-masing untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang
diberikan oleh guru. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan
bertemu seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua reakan kelompok lain
untuk membandingkan kemampuan kelompoknya dengan kelompok lain.
Kegiatan
model pembelajaran dengan TGT meliputi bebarapa tahap: kegiatan 1 dan 2 sama
dengan tahap STAD. Model TGT tidak menggunakan tes individual, tetapi
menggantikan dengan turnamen yang dilakukan terdahulu dengan membentuk kelompok
baru. Pembentukan ini dilakukan dengan cara mengelompokan siswa yang
berkemampuan sama dan setiap kelompok dikumpulkan ke dalam satu kelompok baru.
Anggota kelompok baru kemudian menempati meja turnamen dan selanjutnya memualai
permaianan. Aturan penilaian adalah dengan memberikan bonus poin yaitu setiap
skor tertinggi yang di peroleh anggota pada setiap meja turnamen di beri bonus
20 poin, setiap skor tertinggi yang kedua pada setiap meja turnamen menerima
bonus 17 poin, setiap skor tertinggi yang ketiga pada setiap meja turnamen
menerima bonus 14 poin, dan skor terendah pada setiap meja turnamen menerima 10
bonus poin. Masing-masing anggota membawa perolehannya kembali kelompok semula,
dan bersama-sama anggota yanh lain menymbangkan poin untuk kelompoknya.
Pengghargaan kelompok di berikan berdasarkan perolehan poin kelompok. Seperti
juga pada model STAD, diberikan tiga jenjang penghargaan kelompok dan hasilnya
dapat diumumkan dikelas atapun pada papan pengumuman sekolah.
Kelompok A
![]() |
Skema 2.2: Skenario turnamen TGT ( Adaptasi Slavin, 1995)
3. Pembelajaran
kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization atau Team Accelarated Instruction)
Pembelajaran
kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini
dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh
karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan
masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual
belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar
individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh
anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Langkah-langkah pmbelajaran
kooperatif tipe TAI sebagai berikut.
a.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh
guru.
b.
Guru memberikan kuis secara individual kepada
siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c.
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah)
Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
kesetaraan jender.
d.
Hasil belajar siswa secara individual
didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok
saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e.
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang
telah dipelajari.
f.
Guru memberikan kuis kepada siswa secara
individual.
g. Guru memberi
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
4. Pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Number Heads
Together)
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh
Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam
penguatanpemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap
materipembelajaran.. Langkah-langkah penerapan NHT:
a.
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau
permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b.
Guru memberikan kuis secara individual kepada
siswa untuk mendapatkan skor dasar atau awal.
c.
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor
atau nama.
d.
Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan
bersama dalam kelompok.
e.
Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut
salah satu nomor(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu
siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f.
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
g.
Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara
individual
a. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui
skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor
kuis berikutnya(terkini).
5. Pembelajaran
kooperatif Tipe Jigsaw.
Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Langkah-langkah
dalam penerapan jigsaw adalah sebagai berikut:
a.
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa
kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari
4 - 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan
tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
kesetaraan jender. Kelompok
ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian
materi pelajaran yang akan dipelajari siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi
tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua
siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok
yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana
bagaimana menyampaikan kepada temannya jika
kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).
b.
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli
maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan
presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian
salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang
telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran
yang telah didiskusikan.
c. Guru
memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d. Guru
memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar
ke skor kuis berikutnya (terkini).
e. Materi
sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran
f. Perlu
diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka
perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Hamalik (1991:23) mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif tujuan dirangkum oleh setiap anggota kelompok, jadi
tujuan pembelajaran hanya mungkin tercapai jika ada kerjasama antara anggota
kelompok. Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti
bimbingan guru pada saat bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentase hasil akhir kerja
kelompok dan evaluasi tentang materi yang mereka pelajari dan _ember
penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Implementation in
real classroom
Enam tahap pembelajaran kooperatif itu
dirangkum sebagai berikut:
Tahapan
|
Tingkah
laku guru
|
|
Tahap 1
|
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi
siswa belajar
|
Tahap 2
|
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi dengan jalan demontrasi atau lewat bahaan bacaan
|
Tahap 3
|
Mengorganisir
siswa dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien
|
Tahap 4
|
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
|
Tahap 5
|
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
|
Tahap 6
|
Memberi
penghargaan
|
Guru
mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu
maupun kelompok
|
0 komentar:
Posting Komentar