twitterku

Pages

Minggu, 14 Oktober 2012

TEORI BELAJAR HUMANISTIK


                     Mata Kuliah : LANDASAN PEMBELAJARAN
   Pengampu : Prof .Dr. I Nengah  Suandi, M.Hum
Program Pascasarjana Jurusan Pendidikan Bahasa
Universitas Pendidikan Ganesha
                  Singaraja 2012
 I. PENDAHULUAN
Munculnya teori belajar humanistik tidak dapat dilepaskan dari gerakan pendidikan humanistik yang memfokuskan diri pada hasil afektif,belajar tentang bagaimana belajar dan belajar untuk meningkatkan kreativitas dan potensi manusia.Teori belajar Humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang filsafat, teori keperibadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar.Teori ini sangat mementingkan isi yang dipelajari dibanding proses belajar itu sendiri. Pendekatan humanistik ini sendiri muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan pada dua pandangan sebelumnya, yaitu pandangan psikoanalisis dan behavioristik dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Ketidaksetujuan ini berdasarkan anggapan bahwa pandangan psikoanalisis terlalu menunjukkan pesimisme suram serta keputusasaan sedangkan pandangan behavioristik dianggap terlalu kaku (mekanistik), pasif, statis dan penurut dalam proses pembelajaran .
II. PENGERTIAN BELAJAR MENURUT TEORI HUMANISTIK

Menurut teori humanistik belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori belajar humanistik sifatnya abstrak dan lebih mendekaji kajian filsafat. Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia, yakni untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Dal hal ini, maka teori humanistik ini bersifat eklektik ( memanfaatkan / merangkum semua teori apapun dengan tujuan untuk memanusiakan manusia ).
Salah satu ide penting dalam teori belajar humanistik adalah peserta didik harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan dan bagaimana mereka akan belajar. Peserta didik belajar mengarahkan sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Mereka  juga belajar menilai kegunaan belajar itu bagi diri mereka sendiri.
Aliran humanistik memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan  Guru, oleh karenanya, disarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
I. BEBERAPA PANDANGAN AHLI PEMBELAJARAN HUMANISTIK
1.DAVID KOLB( EXPERIENTIAL LEARNING THEORY )

Teori ini dikembangkan oleh David Kolb pada sekitar awal tahun 1980-an. Dalam teorinya, Kolb mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan dianggap sebagai perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.
Experiential Learninng Theory kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential learning yang menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Pengalaman kemudian mempunyai peran sentral dalam proses belajar.
Lebih lanjut, Kolb membagi  kegiatan belajar menjadi 4 tahap :
A.)  Tahap pengamalan konkrit (Concrete Experience)
 Pada tahap ini peserta didik mengalami suatu peristiwa sebagaimana adanya (hanya merasakan, melihat, dan menceritakan kembali peristiwa itu). Peserta didik    belum memiliki kesadaran tentang hakikat peristiwa tersebut, apa yang sesungguhnya terjadi, dan mengapa hal itu terjadi.
B.)  Tahap Pengalaman Aktif dan Reflektif (Reflection Observation)
 Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari jawaban, melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan- pertanyaan bagaimana peristiwa terjadi, dan mengapa terjadi.
C.)  Tahap Konseptualisasi (Abstract Conseptualization)
 Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang sedang menjadi objek perhatian.
D.) Tahap Eksperimentasi Aktif (Active Experimentation)
 Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan mampu mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata.
 Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang sangat memperhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki Peserta didik, karenanya model ini memiliki tujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dengan mengamati inventori gaya belajar (learning style inventory) yang dikembangkan masing-masing Peserta didik, David Kolb mengklasifikasikan gaya belajar Peserta didik  menjadi empat kategori sebagai berikut:
A. Converger
Tipe Peserta didik  ini lebih suka belajar jika menghadapi soal yang mempunyai jawaban tertentu. Peserta didik dengan tipe ini tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda daripada manusia. Mereka tertarik pada ilmu pengetahuan alam dan teknik.
B. Diverger
Peserta didik tipe ini memandang sesuatu dari berbagai segi dan kemudian menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Peserta didik dengan tipe ini lebih suka berhubungan dengan manusia. mereka lebih suka mendalami bahasa, kesusastraan, sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
C. Assimilation
Peserta didik  dengan gaya ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak. Peserta didik ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praktis dari ide-ide mereka. Bidang studi yang diminati adalah bidang keilmuan(science) dan matematika.
D.Accomodator
Peserta didik jenis ini berminat pada pengembangan konse-konsep. Peserta didik dengan tipe ini berminat pada hal-hal yang konkret dan eksperimen. Bidang studi yang sesuai untuk tipe peserta didik  ini adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan yang sesuai antara lain penjualan dan pemasaran.
Dari keempat gaya tersebut, tidak berarti manusia ( Peserta didik )  harus digolongkan secara permanen dalam masing-masing kategori. Menurut Kolb, belajar merupakan suatu perkembangan yang melalui tiga fase yaitu, pengumpulan pengetahuan (acquisition), pemusatan perhatian pada bidang tertentu (specialization) dan menaruh minat pada bidang yang kurang diminati sehingga muncul minat dan tujuan hidup baru. Sehingga, walaupun pada tahap awal individu lebih dominan pada gaya belajar tertentu, namun pada proses perkembangannya diharapkan mereka dapat mengintegrasikan semua kategori belajar.
2.  HONEY DAN MUMFORD
Pandangan tentang belajar Honey dan Mumford banyak dipengaruhi oleh Kolb. Mereka kemudian menggolongkan orang belajar menjadi empat macam golongan yaitu:
1) Kelompok aktivis
Karakteristik :
Ø  Senang melibatkan diri dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan untuk
meperoleh pengalaman yang baru
Ø   Mudah diajak berdialog
Ø  Mempunyai pemikiran yang terbuka
Ø   Menghargai pendapat orang lain
Ø   Mudah percaya pada orang lain
Ø   Kurang pertimbangan yang matang dalam melangkah.

2) Kelompok reflektor
Karakteristik :
Ø   Sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan
Ø   Tidak mudah dipengaruhi orang lain
Ø   Cenderung bersifat konservatif

3) Kelompok teoritis:
Karakteristik :
Ø   Sangat kritis
Ø   Suka menganalisis
Ø   Selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalaran
Ø   Segala sesuatu dikembalikan pada teori dan konsep
Ø   Tidak menyukai pendapat / penilaian yang subyektif
Ø   Tidak menyukai hal-hal yang spekulatif
Ø   Mempunyai pendirian yang kuat
Ø   Tidak mudah dipengaruhi orang lain

4) Kelompok pragmatis
Karakteristik :
Ø   Praktis, tidak suka bertele-tele dengan suatu teori/konsep
Ø   Sesuatu berguna apabila dapat dilaksakanan/ dipraktekkan bagi kehidupan manusia
3. HABERMAS
            Menurut Habermas, proses belajar terjadi apabila terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial.
Ada 3 tipe belajar :
1) Belajar Teknik ( Tehnical Learning )
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alam secara benar. Seseorang harus menguasai pengetahuan dan ketrampilan agar dapat menguasai dan mengelola lingkungan dengan benar.Dal hal ini ilmu alam sangat diperlukan.
2) Belajar Praktis ( Practical Learning )
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan   sosial ( orang-orang yang ada disekeliling ) secara baik. Bidang ilmu sosiologi, komunikasi, psikologi, antropologi dan sejenisnya sangtlah dibutuhkan dalam belajar praktis. Namun demikian tidak berarti lingkungan alam diabaikan.
3) Belajar Emansipatoris ( Emancipatory Learning)
Belajar emansipatoris menekankan pada upaya seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bahasa dan budaya sangat dibutuhkan. Tahap ini oleh Habermas dianggap tahap belajar yang paling tinggi, karena transformasi kultural adalah tujuan pendidikan yang tertinggi.
4.  BLOOM DAN KRATHWOHL
 Pandangan ini menekankan pada apa yang harus dikuasai oleh individu ( sebagai tujuan belajar ) setelah melalui peristiwa belajar. Tujuan belajar telah dirangkum dalam tiga kawasan yang disebut Taksonomi Bloom, yakni :
1) Domain Kognitif, terdiri atas 6 tingkatan , yaitu :
a. Pengetahuan ( mengingat, menghafal )
b. Pemahaman ( menginterprestasikan )
c. Aplikasi ( menggunakan konsep untuk memecahkan masalah )
d. Analisis ( menjabarkan suatu konsep )
e. Sintesis ( menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi sebuah konsep yang utuh )
f. Evaluasi ( membandingkan nilai – nilai, ide, metode , dll )
2) Domain Psikomotor, terdiri dari 5 tingkatan, yaitu :
a. Peniruan ( menirukan gerak )
b. Penggunaan ( menggunakan konsep untuk melakukan gerak )
c. Ketepatan ( melakukan gerak dengan benar )
d. Perangkaian ( melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar )
e. Naturalisasi ( melakukan gerak secara wajar )
3) Domain afektif , terdiri dari 5 tingkatan, yaitu :
a. Pengenalan ( ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu )
b. Merespon ( aktif berpartisipasi )
c. Penghargaan ( menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu )
d. Pengorganisasian ( menghubungkan nilai yang dipercayainya )
e. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)
III. APLIKASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN
            Dalam aplikasinya pada proses pembelajaran,teori belajar humanistik cenderung mengarahkan peserta didik untuk berfikir induktif,memntingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif .Memang secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah langkah pembelajaran berdasarkan pendekatan Behavioristik, namun Suciati dan Prasetya Irawan mengemukakan langkah- langkah pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman sebagaimana berikut ini :
1.      Menentukan tujuan tujuan pembelajaran
2.      Menentukan meteri pembelajaran
3.      Mengidentifikasi kemempuan awal ( entry behaviour ) peserta didik
4.      Mengidentifikasi Topik / Tema / Kompetensi dasar yang memungkinkan peserta didik secara aktif melibatkan diri atau mengalami proses belajar
5.      Merancang kegiatan,tugas, dan fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
6.      Membimbing peserta didik belajar secara aktif
7.      Membimbing peserta didik memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya
8.      Membimbing peserta didik membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
9.      Membimbing peserta didik mengaplikasikan konsep konsep baru ke situasi nyata
10.  Mengevaluasi proses dan hasil belajar
11.  Melakukan refleksi terhadap semua kegiatan pembelajaran 
 IV.SIMPULAN
            Teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran. Semua komponen pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Seseorang akan mampu belajar dengan baik jika mempunyai pengertian/ pemahaman tentang dirinya.
Teori humanistik sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar. Pendidik harus memperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan diri. Pengalaman emosional, dan karakteristik individu harus dipehatikan dalam rangka perencanaan pembelajaran.
Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi peserta didik, perlu inisiatif dan keterlibatan penuh dari peserta didik sendiri. 
Daftar Pustaka
1.      Budiningsih, C .Asri.( 2005 ).Belajar dan Pembelajaran.PT  RINEKA CIPTA Jakarta.
2.      Dimyati,dan Drs. Mudjiono.( 1999 ).Belajar dan Pembelajaran.PT  RINEKA CIPTA Jakarta.
3.      Slameto .( 2003 ).Belajar dan Faktor Faktor  yang Mempengaruhinya.PT RINEKA CIPTA Jakarta.
4.      Sanjaya,Wina. ( 2008 ).Strategi Pembelajaran Berorientasi  Standar  Proses Pendidikan.PT RINEKA CIPTA Jakarta.


0 komentar:

Posting Komentar

 

lagu

Sample text

Sample Text