twitterku

Pages

Sabtu, 11 Agustus 2012

Review Jurnal Penelitian


REVIEW HASIL PENELITIAN (JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN)
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007)
Tugas Landasan Pendidikan Oleh Nuruddin

  1. JUDUL          : Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Dan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada Oleh Nyoman Subratha Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha

  1. Pendahuluan
Salah satu tujuan pelajaran IPA (fisika) di SMP (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002) adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip IPA (fisika) untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pengajaran fisika di SMP juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari fisika lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002).  

Pernyataan ini mengandung makna bahwa selain untuk kepentingan penerapan dalam kehidupan penerapan sehari-hari dan teknologi, penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika pada kelas-kelas awal (kelas VII) di SMP merupakan persyaratan keberhasilan belajar fisika dan meningkatnya minat siswa terhadap fisika pada kelas-kelas selanjutnya (Nur, 2003:9).
Bertolak dari pandangan ini, guru-guru pengajar fisika di kelas awal memiliki peran yang sangat strategis. Mereka dituntut membantu siswa untuk mendapat pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dan prinsip fisika untuk memudahkan mereka mempelajari fisika di kelas yang lebih tinggi. Disamping itu pengajar di kelas-kelas awal diarapkan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap fisika serta membangkitkan minat  mereka terhadap fisika. Ini berarti proses pembelajaran fisika yang dilakukan guru hendaknya memungkinkan terjadinya pengembangan pemahaman konsep, sikap, dan meningkatkan minat siswa terhadap fisika. 
Dari refleksi, pengamatan dan wawancara tersebut disimpulkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran fisika yang dilaksanakan saat ini di kelas VII relatif masih rendah. Hal ini ternyata juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VII ditunjukan oleh fakta sebagai berikut. (1) Siswa cendrung tidak menunjukan minat yang baik terhadap pembelajaran fisika. Motivasi belajar mereka sangat rendah, (2) Dilihat dari hasil belajar yang ditunjukan oleh hasil tes formatif, rata-rata hasil tes formatif masih tergolong rendah. Untuk kelas VII yang diamati rata-rata hasil tes formatif dalam tiga kali tes masing-masing adalah 4,5; 5,6; dan 5,4 (dikutif dari daftar nilai siswa kelas VII tahun 2006) , (3) Wawancara dengan lima orang siswa yang diambil secara random menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting sangat rendah. Siswa cendrung belajar dengan hanya menghafal rumus-rumus tanpa memahami maknanya. Demikian pula kemampuan mereka untuk menyelesaikan permasalahan atau soal-soal secara umum sangat rendah, dan (4) Pemahaman terhadap cara siswa menyelesaikan soal-soal uraian menunjukan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan menyelesaikan soal-soal  secara sistematis (yakni visualisasi masalah, mendeskripsikan dalam deskripsi fisika, merencanakan solusi,menyelesaikan solusi, dan mencek solusi). Mereka menyelesaikan soal-soal dengan cara trial and error dengan mencocokan soal-soal dengan rumus- rumus yangdihafalkannya.     
Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar yang ditunjukan oleh fakta-fakta di atas, dua orang guru fisika kelas VII dan dosen LPTK melakukan diskusi untuk mengidentifikasi penyebab permasalahan tersebut. Dari diskusi tersebut terungkap beberapa faktor-faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah adalah seperti berikut. (1) Metode pembelajaran yang digunakan guru sangat monotun. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan, dan kerja rumah. Tidak ada variasi metode pembelajaran yang dilakukan guru berdasarkan karakteristik materi pelajaran yang diajarkannya, (2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintraksi dengan teman sejawat atau dengan guru dalam upaya  mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting. (3) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada manipulasi matematis, mereka mulai dengan difinisi konsep, kemudian menyataka nnyadengan matematis. Hal ini teramati pula dari catatan-catatan fisika siswa yang tidak jauh berbeda dengan catatan matematik, karena isinya hanya kumpulan rumus-rumus fisika. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Ketika mengajarkan pemecahan masalah, guru tidak mulai dengan menganalisis masalah, tidak mendeskripsikannya dalam deskripsi fisika, tidak berusaha untuk mengambarkannya dalam diagram-diagram, namun lebih menekan pada pencocokan soal-soal dengan rumus yang dihafalkan. (5) Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya. 
            Akar masalah yang teridentifikasi di atas ada yang bersifat given. Hal ini memerlukan perubahan-perubahan kebijakan yang berada di luar kewenangan guru. Disatu pihak terdapat akar permasalahan yang dapat diatasi dalam batas kewenangan, komitmen dan tanggungjawab guru. Akar- akar permasalahan tersebut adalah yang terkait dengan minat dan motivasi siswa, penggunaan pendekatan, dan strategi pembelajaran yang dilakukan guru, cara mengaktifkan siswa dan strategi pemecahan masalah. 
Dilihat dari karakteristik siswa yang rata-rata memiliki latar belakang pengetahuan yang relatif rendah, perlu dikembangkan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya sering pengetahuan antara teman sejawat dan antar siswa dan guru. Siswa perlu diberikan kesempatan untuk belajar secara intraktif kerjasama dengan teman dalam mengembangkan pemahaman terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting. Model pembelajaran yang mendukung masalah ini adalah pembelajaran kooperatif (Ibrahim,M. & Nur, 2002:18). 
Latihan-latihan menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada berbagai persoalan perlu dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, metode  pemecahan masalah secara sistematis yang terdiri dari: visualisasi masalah, mendeskripsikan masalah kedalam deskripsi fisika, merencanakan solusi, menyelesaikan solusi, dan mencek solusi sangat penting dilatihkan. Metode ini sangat diperlukan bukan hanya dalam menyelesaikan soal-soal uraian, tetapi juga dalam menyelesaikan soal-soal pilihan ganda, metoda ini tidak ditulis, tetapi tetap berlangsung dalam pikiran siswa. Bila metode penyelesaian soal secara sistematis ini dilatihkan secara terus menerus, maka ketika berhadapan dengan soal, siswa dengan cepat dapat mengidentifikasi konsep apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut dan rumus  mana yang terkait dengan konsep tersebut (Heller, Keith, & Handerson, 1992). 
Bertolak dari karakteristik masalah dan akar masalah yang perlu diatasi tampaknya penetapan            model pembelajaran    yang    berfokus pada pengembangan pemahaman konsep, pengembangan intraksi kelompok dan kerjasama, dan latihan memecahkan masalah merupakan pilihan yang terbaik. Model pembelajaran yang memenuhi kriteria ini adalah model pengajaran koopratif (cooperative learning) yang dipadukan dengan pemecahan masalah (problem solving) secara sistematis. 
Bertolak dari permasalahan, akar masalah dan usulan pemecahan masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Apakah penerapan pembelajaran kooperatif        dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan intraksi siswa dalam  pembelajaran fisika? (2) Apakah penerapan pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa?
Secara oprasional tingkat intraksi siswa dalam kelas adalah skor yang  diperoleh siswa dalam kegiatan-kegiatan diskusi dan bertanya. Hasil belajar yang dimaksud adalah menyangkut hasil belajar dalam aspek kognitif ,afektif, dan psikomotor. Hasil belajar pada aspek kognitif meliputi penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting dan kemampuan memecahkan masalah. Hasil belajar dalam aspek afektif meliputi aspek nilai (value), minat (interset), dan sikap (attitude). Sedangkan hasil belajar pada aspek psikomotor adalah skor siswa dalam melaksanakan keterampilan-keterampilan laboratorium yang meliputi kemampuan manipulasi (manipulation), artikulasi (articulation), dan naturalisasi (naturaliszation). 
Bertolak dari rumusan masalah, maka tujuan penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Meningkatkan kualitas intraksi siswa kelas VII C dalam pembelajaran fisika. (2) Meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII C pada tiga aspek, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. 

  1. Metode
Peneliti mengambil penelitian tersebut di SMP Negeri 1 Sukasada Kecamatan  Sukasada. Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas VII.C SMP Negeri 1 Sukasada. Penelitian tersebut dilakukan pada semester ganjil 2006/2007 dan berlangsung selama lima bulan dari, yaitu mulai bulan Juni 2006 sampai dengan bulan Oktober 2006. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru dan dosen secara team work.
Pada setiap sesi pembelajaran tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi pendahuluan, kegiatan inti,dan kegiatan penutup. Setelah tiga kali pertemuan diadakan tutorial untuk melatih siswa menerapkan strategi pemecahan masalah secara sistematis. 
Data yang diperlukan dalam penelitian tersebut adalah kualitas instraksi siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Untuk memperoleh data penelitian tersebut adalah dengan teknik observasi dan teknik tes. Lembar observasi untuk mengukur (1) aspek kualitas instraksi siswa yang meliputi berdiskusi dan bertanya, (2) hasil belajar dalam aspek afektif, dan (3) hasil belajar dalam aspek psikomotor. Tes digunakan untuk mengukur kualitas hasil belajar siswa dan mengukur kemampuan memecahkan masalah (aspek kognitif). 
Data hasil penelitian tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan kualitas interaksi siswa dan kualitas hasil belajar siswa. 

  1. Hasil 
Dari hasil penelitian, peneliti dapat menyajikan hasil penelitian tentang kualitas hasil belajar fisika siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada. Ada 5 (lima aspek) yang dinilai yakni 1) kulaitas interaksi siswa, 2) penguasaan konsep (aspek kognitif),  3) kinerja pemecahan memcahkan masalah (aspek kognitif), 4) keterangan fisik melaakukan lab (aspek psikomotor), 5) sikap terhadap pembelajaran fisika (aspek afektif) dan dilakukan melalui 3 fase atau 3 siklus pelaksanaan pembelajaran. Didapat bahwa hasil pelaksanaan pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa kelima aspek yang dinilai tersebut tak satupun siswa yang mencapai ketuntasan (belum tercapai) sementara  hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 dan siklus 3 peneliti mendapatkan hasil bahwa kelima aspek yang dinilai, siswa  sudah dinyatakan tuntas (tercapai)

  1. Pembahasan
Dari hasil yang telah  di atas ditunjukan bahwa  pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah secara sistematis untuk meningkatkan capaian kualitas hasil belajar fisika siswa pada siswa  kelas VIIC SMP Negeri 1 Sukasada dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang ditunjukan oleh kualitas intraksi siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di atas. Kualitas hasil belajar yang diidentivikasikan ketercapaian ketiga aspek kompetensi siswa dan kualitas proses pembelajaran dari siklus 1 sampai siklus 3 terjadi peningkatan/
Pada siklus 1 rerata kompetensi dasar sudah mencapai kriteria keberhasilan pada spek kognitif, aspek psikomotor dan aspek afektif. Pada siklus 2 terjadi peningkatan ketercapaian rerata kompetensi dasar pada ketiga aspek kompetensi dasar, demikian juga pada kualitas proses pembelajaran yang ditunjukan oleh interaksi siswa. Pada siklus 3 juga terjadi peningkatan ketercapaian rerata kompetensi dasar fisika siswa pada ketiga aspek yaitu: rerata aspek kognitif mencapai 78,08, rerata aspek psikomotor mencapai 80,56 dan rerata aspek afektif mencapai 76,81. Demikian juga kualitas intraksi siswa reratanya 78,31 yang termasuk kualitas intraksi baik.   Kalau dilihat dari ketercapai ketuntasan klasikal dari siklus-1 sampai sik

Pada siklus-1 pencapaian ketuntasan klasikal kompetensi dasar semuanya belum tercapai. Ketuntasan klasikal  kompetensi dasar aspek kognitif pencapaiannya 79,19 (< 85%). Aspek psikomotor (keterampilan  fisik melakukan kerja lab) pencapaiannya 83,33 ( < 85%), dan aspek afektif (sikap terhadap pembelajaran fisika) pencapaiannya hanya mencapai 77,78 (< 85%).   Belum tercapainya ketuntasan klasikal pada siklus-1 disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) kelompok diskusi belum bekerja secara maksimal, 2) individu-individu anggota kelompok belum memahami tugasnya masing-masing sehinga kelompok belum mencapai hasil yang optimal, 3) dalam mengerjakan tugas/masalah, sebagian siswa hanya menunggu hasil pekerjaan temannya yang lebih pintar, dan 4) dalam melakukan percobaan, siswa masih kurang percaya diri dalam merancang percobaan maupun melakukan percobaan, dan sebagian besar siswa bersifat pasif. 
Pada siklus 2 pencapaian ketuntasan klasikal kompetensi dasar pada semua aspek telah tercapai dan juga intraksi siswa dalam bertanya dan berdiskusi termasuk baik. Jika dibandingkan dengan pencapaian siklus-1, ternyata mengalami peningkatan.  Dari hasil observasi dan evaluasi pada  siklus 2, ternyata masih ada beberapa hambatan yaitu: 1) belum optimalnya kinerja kelompok kecil, masih ada siswa yang belum memahami tugas-tugas dalam pembelajaran, 2) kurang kondusifnya pelaksanaan diskusi, dan 3) masih kurangnya kinerja pemecahan masalah . Hal ini menunjukan masih perlu peningkatan kinerja pemecahan masalah, yaitu dengan lebih banyak memberi pengarahan pada tugas-tugas individu dan memotivasi kelompok untuk meningkatkan kinerjanya. 
Pencapaian ketuntasan klasikal kompetensi dasar pada siklus-3, juga telah tercapai dan demikian pula intraksi siswa dalam proses pembelajaran sudah menunjukan kategori baik sekali. Walaupun ketuntasan klasikal kompetensi dasar dan intraksi siswa sudah baik, tetapi masih ada beberapa kendala yang masih perlu diatasi yaitu kinerja kelompok belum optimal, masih ada saja anggota kelompok yang belum melakukan tugas dengan baik. Jika dibandingkan dengan kinerja siswa pada siklus-1 dan siklus-2 , maka pada siklus-3 ini telah ada peningkatan ke arah kinerja yang lebih baik. 

  1. Metodelogi Penelitian

Penelitian tersebut menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas(PTK), yaitu merupakan rangkaian penelitian tindakan yangdilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja,sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.Rancangan penelitian tersebut mengacu kepada model Kemmis danTaggart (1988) yang terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Refleksi terhadap pemberian tindakan pada siklus I dijadikan acuan dalam merencanakan tindakan pada siklus II dan Siklus III. Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada. Penelitian tersebut dilakukan selama 5 bulan yaitu mulai bulan Juni 2006 sampai dengan Oktober 2006.
Data yang diperlukan dalam penelitian tersebut adalah kualitas instraksi siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Untuk memperoleh data penelitian tersebut adalah dengan teknik observasi dan teknik tes. Lembar observasi untuk mengukur (1) aspek kualitas instraksi siswa yang meliputi berdiskusi dan bertanya, (2) hasil belajar dalam aspek afektif, dan (3) hasil belajar dalam aspek psikomotor. Tes digunakan untuk mengukur kualitas hasil belajar siswa dan mengukur kemampuan memecahkan masalah (aspek kognitif). 
Data hasil penelitian tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan kualitas interaksi siswa dan kualitas hasil belajar siswa. 

  1. Kelebihan

Kelebihan jurnal tersebut adalah data yang diperoleh dari penelitian dilakukan analisis data setiap kali pemberian tindakan berahir dan analisisnya berlangsung selama peneliti berada dilokasi penelitian hingga ahir pengumpulan data.

  1. Kekurangan
Kekurangan dari jurnal penelitian tersebut adalah 1). ketidakjelasan kategori pertanyaan dan jawaban yang diajukan oleh siswa, dalam jurnal tersebut hanya menuliskan kategori 1-5 ( 5 aspek yang dinilai), 2) Jumlah populasi atau sampel yang diteliti tidak dijelaskan secara detail berapa jumlahnya dalam penelitian tersebut, sehingga kesimpulannya masih bisa di permasalahkan, 3). Kajian hasil penelitian –penelitian sebelumnya yang relevan tidak banyak disebutkan  dalam penelitian tersebut.

  1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas serta uraian sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. (1) Penerapan model pembelajaran    kooperatif        dan strategi pemecahan           masalah            dapat meningkatkan kualitas intraksi siswa dalam pembelajaran fisika siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada. Hal ini terlihat dari peningkatan intraksi siswa dari siklus-1 sampai dengan siklus-3 pada penelitian tersebut. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan capaian kompetensi dasar fisika siswa SMP Negeri 1 Sukasada yang ditunjukan oleh adanya peningkatan capaian ke tiga aspek kompetensi dasar (aspek kognitif, aspek psikomotor, dan aspek afektif) dari siklus-1 sampai dengan siklus-3 pada penelitian tersebut. 

  1. Saran-Saran
a.       Dalam merancang model belajar siswa memecahkan masalah hendaknya langkah-langkah pemecahan masalah betul-betul dilatihkan.
b.      Dalam menuntun siswa cara memecahkan masalah, maka perlu penekanan- penekanan langkah-langkah dan cara pemecahan masalah agar siswa betul- betul trampil menerapkan strategi pemecahan masalah dalam kehidupan  sehari-hari atau kehidupan nyata.
c.       Untuk mengoptimalkan kelompok- kelompok kecil melakukan tugas-tugas pembelajaran guru hendaknya  memberikan pengarahan-pengarahan yang lebih intensip terhadap apa yang mereka harus lakukan dalam pembelajarankepada siswa-siswa yang dianggap belum melakukan tugasnya secara baik, hendaknya guru mendekati siswa-siswa tersebut untuk menanyakan apa mereka telah mengerti dengan apa yang mereka harus lakukan.
d.      Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam mengerjakan tugas-tugas, dicoba untuk lebih banyak lagi mengarahkan tugas-tugas individu yang nilainya akan digunakan dalam kelompoknya, sehingga diharapkan masing-masing siswa akan berusaha selain demi individunya juga demi kelompoknya.
e.       Untuk peneliti sebaiknya lebih banyak menggunakan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang terkait agar kualitas penelitiannya bisa semakin akurat.
f.       Untuk akurasi populasi/sample, peneliti sebaiknya menentukan jumlah populasi /samplenya
g.      Untuk  lebih jelasnya kategori instrumen pertanyaan sebaiknya peneliti menentukan lebih jelas atau lebih banyak lagi kategori pertanyaan maupun jawaban.


Daftar Rujukan

Black, P. & William, D. 1998. Asssessment and classroom learning. Asssess
Educ. 5(1). 7-74.
Collette, A. T. and Chiappetta, E. L. 1994. Science instruction in the middle
and secondary schools. New York: Maxmillan Publishing Company.
Gagne, R. M, Briggs, I. J. & Wager, W. 1992. Principles of instructional
design. Fourth edition. Tokyo: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.
Heller, P., Keith, R., & Andesron, S. 1992. Tecahing problem solving through cooperative gruping. Part 1: Structure group.American Journal of Physics. 60. N0.7.
Heller, P., & Hollabaugh. 1992. Tecahing problem solving through cooperative gruping. Part 2: Goup versus individual problem solving. American Journal of Physics. Vol.60. N0.7.
Ibrahum, M. & Nur, M. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: University Press. 
Larson, G. 1991. Learning and  instruction in pre-college physical science. Physics to Day. Special Issue. Pre-College Education. 
Lee, K.W.L, and Fesham, P. 1996. A general strategy for solving high school electrochemistry problem.            International Journal of Science Education. 18(5).
Leonard, W. J, Dufresne, R. J, & Mestre, J. P. 1996. Using qualitative problem solving to highlight the role of conceptual knowledge in solving problems. American Journal of Physics. 60(12).
Novak, J. & Gowin, D. 1984. Leraning how to learn. Cambrigde: Cambrigde University Press.
Nur, M. 2003.Pemotivasian siswa untuk belajar. Surabaya: University Press. 
Puskur, Balitbang Depdiknas. 2002.Kurikulum berbasis kompetensi. kurikulum dan hasil belajar. Kompetensi dasar mata pelajaran fisikasekolah menengah atas dan madrasah aliyah. Jakarta: Depdiknas.
Reif, F. & Heller, J. I. 1982. Knowledge structure and problem solving in physics. Education Psychologist. 17.
Russell, J. M. & Chiappetta, E. L. 1981. The effects of problem solving strategy on achievement of earth science student. Journal Research in Science Teaching.  18(4).
Slavin, R.E. 1995.                      Cooperative laerning:   Theory, research, and practice. Second edition. Boston: Allyn and Bacon.
Sudjana, N. 1989. Cara belajar siswa aktif dalam  proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Suma, K, dan Mariawan, M. 2003. Penerapan strategi pemecahan masalah kuantitatif dan kualitatif secara sistematis pada pembelajaran fisika dasar untuk meningkatkan         hasil belajar     dan            keterampilan memecahkan masalah.
           Laporan Penelitain (Tidak dipublikasikan). Lembaga Penelitian IKIPN
          Singaraja.
Subratha, N. Suma, K. & Rapi, N. K. 2004. Pengaruh setting belajar dan tipe masalah terhadap kinerja pemecahan masalah siswa SMAN di kota  Singaraja.Laporan Penelitian (Tidak dipublikasikan). Lembaga Penelitian IKIPN Singaraja.
Tao, P. K. 2001. Confronting student with multiple solution to qualitative physics probelem. Physics education. 37(2). 
Van Heuvelen, A.  1991. Overview, case study physics. American Journal of  Physics.
59(20).









0 komentar:

Posting Komentar

 

lagu

Sample text

Sample Text