twitterku

Pages

Senin, 27 Agustus 2012

ANAK ADALAH INVESTASI

Anak adalah investasi masa depan yang setiap orang normal tentu ingin memeliki anak sebagai penerus cita-cita orang tua disamping itu pula anak sebagai bumbu kebahagiaan dalam rumah tangga pasutri yang telah menikah. Kehadiran seorang anak mendatangkan kebahagiaan sendiri dalam keluarga semakin banyak anak semakin ramai dan hidup dalam keluarga tersebut.  Kehadiran anak tekadang bisa menyenangkan terkadang pula ada yang menjengkelkan karena perilaku mereka. Kalau kita mendengar cerita-cerita orang tua kita dulu, sebagian besar mempunyai anggota keluarga yang besar dan perilaku anak-anakmereka patuh, tunduk dan hormat kepada orang tua. Namun di zaman yang serba modern ini drastic mengalami banyak perubahan perilaku anak-anak kita, kurang hormat terhadap orang tua, tidak mengindahkan panggilan atau apa yang diperintahkan orang tua merupakan sebagian kecil prilaku anak pada zaman ini meski ada juga yang sangat respect terhadap orang tuanya. 

Perilaku anak yang kerap membuat oraang tua jengkel menyebabkan oraang tua harus marah-marah, memukul, serta mengeluarkan kata-kata yang kotor hanya untuk membuat anaknya jadi baik dan penurut, namun malah sebaliknya anak-anak zaman sekarang melihat sikap orang tuanya yang bersikap demikian, anak malah melawan dan bertingkah diluar batas kewajaran.
Para orang tua tidak sedikit yang mengeluhkan perilaku anaknya dirumah yang selalu membuat perasaan oran tua kecewa. Dalam kehidupan bertetangga saya kerap kali mendengar omelan-omelan atapun kata-kata kotor yang keluar dari mulut orang tua, contoh saja si anak gak mau mandi pagi sebelum berangkat kesekolah disini orang tua harus ngomel-ngomel dulu dan mengeluarkan kata-kata kotor untuk meminta anaknya mandi, anak menangis sepulang main-main bersama temennya lagi-lagi orang tua harus mengomeli anaknya dengan cacian yang tidak sepantasnya didengar sama anak. Atau anak tidak mendengar perintah orang tua misalnya anak diminta untuk mengambil atau membeli sesuatu lagi-lagi orang tua harus ribut didengar tetangga mengomeli anaknya, kata-kata kotor terlontar bahkan pukulan pun terpaksa harus bertindak hanya untuk mengajar anak agar tidak seperti itu lagi. Kata-kata “ kamu anak memang anak pemalas”, “ kamu memang kurang ajar”, “dasar ! kamu ini anak nakal gak mau nurut apa kata ibu”  itulah contoh kata-kata orang tua melihat perilaku anaknya yang kurang baik.
Perilaku orang tua untuk mendidik anaknya memang sering berupa kekerasan atau mengeluarkan kata-kata kotor. Orang tua tidak pernah menyadari kata-kata yang ia keluarkan menjadi bomerang bagi anaknya bukanya mau berubah malah sebaliknya.  Kata kotor yang diucapkan orang tua bagian dari sebuah doa bahwa anaknya memang kotor seperti kata-kata yang dikeluarkan oleh orang tua tersebut.kata –kata yang kotor yang dikeluarkan oleh ayah atau ibu secara tidak langsung telah membentuk karakter dan berpikir anak secara negative, karena orang tualah sebagai peletak batu pertama karakter dan pikiran anak, mereka berperan penting dalam menanamkan nilai dasar yang berhubungan dengan diri sendiri dan dunia luar. Ratu Elizabith II telah berkata :” kita belajar seperti kera yang menyaksikan kebiasaan ibu bapaknya secara total”. Kita belajar dari orang tua tentang kalimat dan artinya, ekpresi wajah, gerakan tubuh, memahami perasan,, perbuatan prinsip, etika, agama dan keteladanan. Semua itu diguru dan ditiru oleh anak karena orang tua adalah pendidik pertama di dunia ini.
Pada hakekatnya anak terlahir dalam keadaan kosong dan fitrah, dia tidak mengerti apapun kecuali orang tuanya lah yang telah mengisi otak dan pikirannya. Kalau orang tua mengajak, membimbing anak-anaknya dengan sikap dan bahasa yang bagus maka anak ini pasti akan tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri dan santun budi bahasanya, namun kalau orang tua membimbing dengan menunjukkan sikap dan bahasa yang kurang baik tentu akan berdampak pada perilaku anak tersebut. Maka tak heran jika anak akan bersikap dan berkata kotor pula.
Orang tua  harus merepormulasi cara pandang (persepsi) dan cara pikirnya terhadap anak-anaknya karena anggapan orang tua inilah yang berbias pada prilaku anak.
Penelitian Jack Confield dan Mark Victor seperti yang dikutif oleh Ibrahim Al Faqi dalam bukunya Terapi Positip Thinking mengatakan bahwa dalam sehari rata-rata orang berfikir sebanyak 60.000 kali. Jumlah sebanyak itu pula setipa hari menjadi orientasi seseorang, bila seseorang berorientasi pada hal negative maupun berpikir positif maka saat itu pula dibutuhkan file dan pemikiran yng tersimpan di otaknya sebagai bagian dari berpikir 60.000 ribu kali itu.
Ibrahim al Faqi menjelaskan bahwa lebih dari 80 % pemikiran sesorang bersifat negative dan 20 % pemikiran seseorang bersifat positif itu artinya dalam sehari seseorang berpikir negative sebanyak 48.000 kali dan sisanya 12.000 kali orang berpikir positif dalam sehari.  
Jadi berpikirlah yang baik tentang anak-anak anda dan jangan sampai sudah nakal baru didoakan untuk jadi anak baik,, doakanlah ia sejak lahir karena sesungguhnya anak-anak sekarang akan hidup pada zaman yang edan di masa yang akan datang. (nr_dien)

0 komentar:

Posting Komentar

 

lagu

Sample text

Sample Text