Anak
adalah investasi masa depan yang setiap orang normal tentu ingin memeliki anak
sebagai penerus cita-cita orang tua disamping itu pula anak sebagai bumbu
kebahagiaan dalam rumah tangga pasutri yang telah menikah. Kehadiran seorang
anak mendatangkan kebahagiaan sendiri dalam keluarga semakin banyak anak
semakin ramai dan hidup dalam keluarga tersebut. Kehadiran anak tekadang bisa menyenangkan
terkadang pula ada yang
menjengkelkan karena perilaku mereka. Kalau kita mendengar cerita-cerita orang
tua kita dulu, sebagian besar mempunyai anggota keluarga yang besar dan
perilaku anak-anakmereka patuh, tunduk dan hormat kepada orang tua. Namun di
zaman yang serba modern ini drastic mengalami banyak perubahan perilaku
anak-anak kita, kurang hormat terhadap orang tua, tidak mengindahkan panggilan
atau apa yang diperintahkan orang tua merupakan sebagian kecil prilaku anak
pada zaman ini meski ada juga yang sangat respect terhadap orang tuanya.
Perilaku
anak yang kerap membuat oraang tua jengkel menyebabkan oraang tua harus
marah-marah, memukul, serta mengeluarkan kata-kata yang kotor hanya untuk
membuat anaknya jadi baik dan penurut, namun malah sebaliknya anak-anak zaman
sekarang melihat sikap orang tuanya yang bersikap demikian, anak malah melawan
dan bertingkah diluar batas kewajaran.
Para
orang tua tidak sedikit
yang mengeluhkan perilaku anaknya dirumah yang selalu membuat perasaan oran tua
kecewa. Dalam kehidupan bertetangga saya kerap kali mendengar omelan-omelan
atapun kata-kata kotor yang keluar dari mulut orang tua, contoh saja si anak
gak mau mandi pagi sebelum berangkat kesekolah disini orang tua harus
ngomel-ngomel dulu dan mengeluarkan kata-kata kotor untuk meminta anaknya
mandi, anak menangis sepulang main-main bersama temennya lagi-lagi orang tua
harus mengomeli anaknya dengan cacian yang tidak sepantasnya didengar sama
anak. Atau anak tidak mendengar perintah orang tua misalnya anak diminta untuk
mengambil atau membeli sesuatu lagi-lagi orang tua harus ribut didengar
tetangga mengomeli anaknya, kata-kata kotor terlontar bahkan pukulan pun
terpaksa harus bertindak hanya untuk mengajar anak agar tidak seperti itu lagi.
Kata-kata “ kamu anak memang anak pemalas”, “ kamu memang kurang ajar”, “dasar
! kamu ini anak nakal gak mau nurut apa kata ibu” itulah contoh kata-kata orang tua melihat
perilaku anaknya yang kurang baik.
Perilaku
orang tua untuk mendidik anaknya memang sering berupa kekerasan atau
mengeluarkan kata-kata kotor. Orang tua tidak pernah menyadari kata-kata yang
ia keluarkan menjadi bomerang bagi anaknya bukanya mau berubah malah
sebaliknya. Kata kotor yang diucapkan
orang tua bagian dari sebuah doa bahwa anaknya memang kotor seperti kata-kata
yang dikeluarkan oleh orang tua tersebut.kata –kata yang kotor yang dikeluarkan
oleh ayah atau ibu secara tidak langsung telah membentuk karakter dan berpikir
anak secara negative, karena orang tualah sebagai peletak batu pertama karakter
dan pikiran anak, mereka berperan penting dalam menanamkan nilai dasar yang
berhubungan dengan diri sendiri dan dunia luar. Ratu Elizabith II telah berkata
:” kita belajar seperti kera yang menyaksikan kebiasaan ibu bapaknya secara
total”. Kita belajar dari orang tua tentang kalimat dan artinya, ekpresi wajah,
gerakan tubuh, memahami perasan,, perbuatan prinsip, etika, agama dan
keteladanan. Semua itu diguru dan ditiru oleh anak karena orang tua adalah
pendidik pertama di dunia ini.
Pada
hakekatnya anak terlahir dalam keadaan kosong dan fitrah, dia tidak mengerti
apapun kecuali orang tuanya lah yang telah mengisi otak dan pikirannya. Kalau
orang tua mengajak, membimbing anak-anaknya dengan sikap dan bahasa yang bagus
maka anak ini pasti akan tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri dan santun
budi bahasanya, namun kalau orang tua membimbing dengan menunjukkan sikap dan bahasa
yang kurang baik tentu akan berdampak pada perilaku anak tersebut. Maka tak
heran jika anak akan bersikap dan berkata kotor pula.
Orang
tua harus merepormulasi cara pandang
(persepsi) dan cara pikirnya terhadap anak-anaknya karena anggapan orang tua
inilah yang berbias pada prilaku anak.
Penelitian
Jack Confield dan Mark Victor seperti yang dikutif oleh Ibrahim Al Faqi dalam
bukunya Terapi Positip Thinking mengatakan bahwa dalam sehari rata-rata orang
berfikir sebanyak 60.000 kali. Jumlah sebanyak itu pula setipa hari menjadi
orientasi seseorang, bila seseorang berorientasi pada hal negative maupun
berpikir positif maka saat itu pula dibutuhkan file dan pemikiran yng tersimpan
di otaknya sebagai bagian dari berpikir 60.000 ribu kali itu.
Ibrahim
al Faqi menjelaskan bahwa lebih dari 80 % pemikiran sesorang bersifat negative
dan 20 % pemikiran seseorang bersifat positif itu artinya dalam sehari
seseorang berpikir negative sebanyak 48.000 kali dan sisanya 12.000 kali orang
berpikir positif dalam sehari.
Jadi berpikirlah yang baik tentang anak-anak anda dan jangan sampai sudah
nakal baru didoakan untuk jadi anak baik,, doakanlah ia sejak lahir karena
sesungguhnya anak-anak sekarang akan hidup pada zaman yang edan di masa yang
akan datang. (nr_dien)
0 komentar:
Posting Komentar